Duduk di depan
perpustakaan ditemani terik matahari yang begitu menyengat, ini bukan
karena aku suka berjemur, tapi memang kampus ini yang jarang tempat
berteduhnya. dan maklum belum begitu tau lokasi-lokasi sejuk di kampus
ini. inilah tempat favorit untuk menunggu saat itu. disamping kiri
kananku terlihat orang-orang yang sama denganku. berpenampilan
norak,lugu, dan masih membawa kebiasaan di desa. tidak ada sama sekali
orang yang saya kenal saat itu. maklumlah mahasiswa baru, yang
rajin-rajinnya datang ke kampus menunggu perkuliahan dimulai. sudah
seminggu saya melakukan aktifitas yang sama,di lokasi yang sama juga.
tidak ada yang begitu istimewa, rasa bosan dan kondisi monoton yang
selalu ku hadapi dari senin sampai sabtu. hari itu kalau tidak salah
hari rabu, saya memulai aktifitas yang sama, ketika turun dari pete-pete
dan di sambut oleh gerbang besar yang menjulang tinggi dan diatasnya
tertulis Universitas Muhammadiyah Makassar. saya melangkah masuk dengan
pakaian terbaik yang saya miliki. saya mencari tempat biasa yang menjadi
tempat favorit mahasiswa baru. entah mengapa saat itu tak ada lagi
ruang untuk saya duduk, yah.. maumi di apa!!! dengan terpaksa saya
mencari lokasi baru yang enak untuk mengistirahatkan organ-organ tubuhku
yang sejak tadi keliling mencari tempat yang sepi dan strategis.
setelah lama mencari ternyata masjid kampuslah tempat paling tenang dan
teduh. dengan menggendong tas ala mahasiswa saya beranjak ke masjid
kampus, duduk di teras masjid di bawa pohon ketapang samping kanan
masjid yang bersebelahan dengan tempat whudu wanita. sejenak bersandar
pada dinding masjid, angin sepoi senja itu membawa aku dan kelelahan
yang turut menggodaku untuk terlelap ke alam surgawi sesaat.
aku
tertidur entah berapa lama, aku tersentak bangun ketika ada suara wanita
yang sedikit ragu menyapaku. cowo.. cowo... sapa wanita itu.
sekejap aku terbangun dari mimpi yang telah membawaku jauh di persimpangan jalan.
masih
dengan keadaan setengah sadar aku mencoba duduk dengan sempurna sambil
membereskan wajah kusamku. wanita itu tersenyum, tapi aku tidak
membalasnya konsentrasi dengan apa yang aku lakukan. "sudah adzan...
sebentar lagi di sini dilewati banyak wanita yang akan berwudhu.
sebaiknya jangan tidur disini." ucapnya lembut tetap dengan senyumnya.
wanita itu bergegas masuk kedalam masjid tak lupa mendoakanku dengan
ucapan salam yang seperti dilakukan Nabi Muhammad.SAW kepada sahabat dan
umatnya. Aku baru sadar kalau langit telah gelap dan hormonisasi suara
janggrik yang begitu jelas terdengar ditambah lagi suara bising dari
dalam masjid yang sampai saat ini saya belum tau arti dari kalimat
bahasa arab itu. setelah membereskan semuanya, aku beranjak pergi
mencari tempat persembunyian, karena jujur saya tak pernah melakukan
shalat, sejak smp kewajiban tersebut tak pernah saya jalan. cara
mengambil air whudupun saya lupa bagaimana melakukannya.
saya tak
mengerti mengapa saya bisa seperti ini padahal kedua orang tua saya
berasal dari keluarga yang kental dengan dunia keagamaan, dan bahkan
kakak saya yang merupakan saudara tunggal saya, kini menjadi ustad dan
melanjutkan studinya di kairo mesir.
Sedang saya sangat berbanding terbalik dengan si Awan nama kakak laki-lakiku. Saya lebih suka dengan kebebasan. Saya sangat akrap dengan pukulan Ayah saya. hampir setiap hari saya mendapatkannya di waktu sekolah dulu. wajar saja,saya tak pernah pulang tepat di waktu sekolah, pasti selalu malam baru saya sampai kerumah, kesekolahpun hanya masuk di gerbang. jarang sekali saya merasakan duduk didalam kelas,memegang alat tulis dan mencatat semua yang disampaikan guru. Bukan malas,tapi saya bosan dengan aktifitas yang monoton, kalau tidak mencatat, disuruh buat tugas. tidak ada yang menarik. Seandainya pola pengajaran di Indonesia bisa disamakan dengan pola pengajaran yang ada di Benua Amerika dan Eropa. Pola seperti itu yang saya idam-idamkan.
Saat itu langit semakin gelap,saya berinisiatif untuk pulang ke rumah. di kamar kosanku tempat paling favoritku,disitu saya bebas melakukan apa saja yang saya inginkan.
Didepan kampus saya berdiri menunggu mobil yang menuju rumah kosku.
Tidak lama kemudian salah satu mobil menghampiriku,
" Malangkeri bos?" bertanya kepada sopir mobil itu.
"Iya bos" sopir mobil menjawab dan menyuruh segera naik.
Didalam mobil kami hanya bertiga, sopir mobil,dan kakek tua dengan kardigen coklatnya duduk tepat didepanku.
Selama perjalanan seperti biasa kami diiringi dengan musik dandut kesukaan sopir pete-pete. Ini membuktikan perkataan Raja Dandut bang H. Roma Irama bahwa dandut itu bermasyakat. Cocok juga tuh.
Disaat lirik-lirik lagu itu membawaku,aku teringat dengan wajah seorang wanita yang tadi membangunkanku disaat saya tertidur di samping mesjid.
Wajahnya sangat bersih,kulitnx sawo matang,itu yang membuatnya begitu manis. Dengan jilbab langsung berwarna biru muda bergaris putih yang menutupi dada dan dihiasi bunga2 di bagian kanan kepalanx,dia begitu anggun terlihat. dan suaranya yang begitu merdu menjelaskan bahwa dia adalah seorang yang pintar bernyanyi.
Sungguh 5 menit tadi sangat membuatku terpanah, dan pasti dia wanita yang rajin beribadah, karena jarang tuh ada wanita yang sempatkan untuk shalat di masjid disaat-saat sibuk melakukan aktifitas perkuliahan.
Dia sempurna.
Bersambung...!!!
0 komentar:
Posting Komentar